Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan, sebagai pusat pengetahuan, keterampilan, pembangunan karakter, pembuka kesempatan kerja, hingga menciptakan masyarakat yang lebih maju.
Jika bicara tentang pendidikan, tak terpisahkan dari sebuah lembaga untuk mendapatkan pengajaran yang disebut dengan sekolah. Di sekolah pendidikan secara formal dilakukan oleh para peserta didik atau disebut murid atau siswa.
SMK Negeri 1 Kaway XVI yang berlokasi di desa Padang Sikabu Kabupaten Aceh Barat, merupakan salah satu contoh sekolah pendidikan formal yang setara dengan Sekolah Menengah Atas.
Sekolah sendiri tidak terlepas dari pengawasan para pendidik. Junaidi, sosok pendidik teladan yang mencintai profesinya berkat anak-anak didiknya. Ia pun berhasil menyalurkan minat dan bakatnya terhadap agribisnis dalam dunia pendidikan.
Junaidi merupakan pengajar sekaligus pencatat sejarah lahirnya SMKN 1 Kaway XVI di daerahnya. Sebelum menjadi guru yang telah menjabat 10 tahun di sekolah ini, ternyata Junaidi juga merupakan siswa dari SMKN 1 Kaway XVI.
“Sekolah SMKN 1 Kaway XVI ini dulu dibangun khusus oleh PT KTS Astra Agro 18 tahun lalu. Selain sebagai guru saya dulu juga sekolahnya disini, bahkan saya dulu salah satu murid angkatan pertama disini loh,” kata Junaidi, Guru Jurusan Pertanian dan Perkebunan di SMKN 1.
PT KTS atau Karya Tanah Subur merupakan anak usaha PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) yang terletak di Aceh Barat, jaraknya kurang lebih 20 menit dari SMKN 1 yang merupakan ring 1 perusahaan. PT KTS mendirikan sekolah ini pada tahun 2006, khusus untuk sekolah kejuruan Pertanian dan Perkebunan.
“Dulu, kalau nggak salah, ini sekolah kejuruan pertanian pertama yang ada di Aceh Barat, 2006 pas sekali sekolah ini diresmikan, saya lulus SMP dan sangat tertarik untuk masuk di SMKN 1 Kaway XVI,” ungkapnya.
Junaidi menyebut alasannya tertarik dengan sekolah kejuruan pertanian dan perkebunan karena pada saat itu perusahaan perkebunan menjadi salah satu perusahaan popular di masyarakatnya, sehingga ia bercita-cita selepas lulus SMK lalu lanjut ke perguruan tinggi dengan jurusan yang selaras, agar dapat bekerja di salah satu perusahaan perkebunan.
Namun, sebagai seorang insan biasa, cita-cita kadang belum tentu sesuai dengan jalan terbaik yang disiapkan oleh-Nya. Meski Pak Naidi, begitu ia kerap disapa muridnya, belum berkesempatan bekerja di perusaahaan perkebunan seperti harapannya, ternyata jalannya lebih mulia yaitu sebagai pengantar para penerus bangsa lewat ilmu pertanian dan perkebunan yang ia emban selama ini.
“Dulu, sebelum jadi guru saya sempat kerja serabutan saja bantu orang tua, sampai akhirnya kepala sekolah di SMKN 1 Kaway tempat saya sekolah dulu, tiba-tiba menawarkan saya untuk mengajar, tentu saja saya mau,” ujar Naidi.
Ia mengaku awalnya tidak menikmati profesinya sebagai seorang guru, karena menurutnya ini bukan bidangnya. Seiring berjalannya waktu anak-anak didiknya lah yang membukakan hatinya untuk mencintai pekerjaannya saat ini, hingga ia berhasil bertahan menjadi guru di SMKN 1 Kaway XVI ini selama 10 tahun terakhir.
Sukma Murni, Kepala Sekolah SMKN 1 Kaway yang saat ini menjabat, menambahkan sebagai salah seorang kunci sejarah berdirinya sekolah ini Junaidi merupakan panutan bagi para siswa-siswi, karena ilmu yang ia tekuni, meskipun awalnya tidak sesuai keinginannya namun ia dapat bertransformasi dan beradaptasi dengan baik, bahkan sukses jadi salah seorang guru favorit di sekolah.
“Selain pintar, Pak Naidi ini sangat disukai anak-anak, karena rajin dan ramah apalagi saat mengajar, ia menganggap anak-anak seperti anaknya sendiri,” ungkap Sukma.
Saling Bersinergi Melalui Pilar Pendidikan
SMKN 1 Kaway XVI memiliki dua jurusan yang berbasis pertanian dan perkebunan, yakni Agribisnis Tanaman Hortikultura (ATH) dan Agribisnis Tanaman Pertanian (ATP). Junaidi sendiri mengajar khusus di jurusan ATP dari kelas X hingga kelas XII SMK. Total murid yang dia ajar saat ini mencapai ratusan, mengingat di Aceh Barat, meski kini peminat yang ingin masuk ke SMK kejuruan tidak sebanyak dulu, namun SMKN 1 Kaway XVI masih menjadi salah satu sekolah favorit.
Naidi yang saat ini telah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak, mengungkapkan banyak hikmah yang dapat ia ambil setelah menjadi guru. Ia mengaku kepribadiannya di sekolah yang terbiasa menganyomi banyak murid, membuat dirinya menjadi semakin bijaksana. Sifat mengayominya di sekolah terbawa hingga ia dirumah yang juga berdampak positif pada pola asuhnya ke anak kandungnya sendiri.
“Selain sikap menjadi guru terbawa hingga ke rumah, saya juga merasa jadi punya waktu lebih untuk ikut mengasuh dan bermain dengan anak-anak saya, mungkin kalau tidak kerja jadi guru, saya akan lebih sibuk dan ga ada waktu untuk keluarga, terutama anak,” ucapnya.
Meskipun, Naidi melanjutkan, dulu tidak pernah terpikirkan untuk terjun di dunia pendidikan, tapi ia sampai di titik sangat bersyukur karena di dunia pendidikan pun ia tetap dapat menyalurkan minat dan bakatnya di bidang pertanian dan perkebunan.
“Apalagi saya merasa masih tetap bisa seperti berada di atmosfer perusahaan perkebunan, misalnya saja PT KTS yang bergerak di bidang kebun sawit. SMK ini kan binaan mereka, jadi kami sering sekali berinteraksi, saya juga ga jarang saling tukar ilmu dengan tim di PT KTS,” ujar Naidi.
Ashar Khoirurozi, Assistant CSR PT KTS membenarkan, bahwa PT KTS dan SMKN 1 Kaway XVI selalu bersinergi dalam berbagai kegiatan. Selain karena sekolah ini adalah sekolah yang dibangun dan binaan PT KTS, juga sebagai komitmen perusahaan terhadap kebijakan keberlanjutan.
SMKN 1 Kaway XVI merupakan salah satu pilar pendidikan yang menjadi sasaran program tanggung jawab perusahaan, PT KTS senantiasa memberikan bantuan rutin kepada tenaga kerja di sekolah, serta beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
“Kami sering sekali dilibatkan dalam kegiatan di SMKN 1 Kaway XVI, misalnya setiap kali uji kompetensi keahlian pihak sekolah selalu percaya tim KTS sebagai asesornya, kami yang datang ke sekolah, nggak jarang juga pihak sekolah yang visit ke kantor,” kata Ashar.
PT KTS juga selalu jadi pilihan pertama bagi siswa-siswi SMKN 1 Kaway XVI sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan hingga mencari lowongan pekerjaan. Sudah banyak lulusan SMK ini yang kemudian menjadi karyawan di PT KTS, sebaliknya siswa-siswa yang bersekolah di SMKN 1 tak jarang merupakan anak dari pekerja dan karyawan di PT KTS.
“Simbiosis mutualisme lah istilahnya, kami saling membutuhkan dan bekerjasama dengan baik. Tentunya dengan harapan untuk memajukan masyarakat lewat pendidikan, sejalan dengan pilar CSR kami di bidang pendidikan serta sesuai moto kami, sejahtera bersama bangsa,” tambahnya.