Seorang anak perempuan berseragam biru muda tampak bersemangat mengacungkan tangannya ketika sang guru meminta muridnya untuk memecahkan soal calistung di papan tulis. Dilihat dari penampilannya, sang anak sekilas tampak seperti sudah menduduki bangku kelas 6 SD atau SMP, namun ia masih mempelajari kurikulum yang dipelajari di tahun pertama sekolah dasar. Pemandangan ini mungkin merupakan hal yang biasa ditemukan di sekolah pada umumnya, namun yang membedakan kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan di sebuah rumah panggung. Terlebih lagi anak-anak yang bersekolah di rumah tersebut merupakan bagian kelompok Suku Bunggu.
“Sekolah yang kami sebut “Bimbel” ini memang ditujukan untuk Pendidikan bagi anak-anak Suku.”ujar Kartina sebagai Kepala sekolah binaan PT Pasangkayu. Bimbingan belajar atau Bimbel didirikan sebagai langkah awal anak Suku Bunggu memasuki dunia Pendidikan. Meskipun anak-anak di dalam bimbel datang dari segala usia, namun tidak semuanya mahir membaca atau berhitung. Murid tertua di bimbel ini berusia 12 tahun dan belum lancar membaca, namun setiap harinya Kartina dan pengajar lainnya melihat kemajuan yang cukup signifikan.
Kedepannya, anak-anak yang sudah mahir membaca dan calistung akan disalurkan ke sekolah binaan perseroan maupun sekolah negeri lainnya di sekitar Pasangkayu. “Kami dampingi seluruh prosesnya, hingga mendaftar untuk ujian nasional”, ujar sang Kepala Sekolah. Melalui proses ini, para anak dari Suku Bunggu mendapatkan kemudahan untuk mengakses pendidikan dan dapat mengejar pelajaran yang tertinggal. Salah satu pengajar Bimbel bernama Oppie bahkan merupakan warga Suku Bunggu yang merupakan alumni dari sekolah binaan PT Pasangkayu. Kini Oppie tengah melanjutkan kuliah pada jurusan pendidikan di salah satu perguruan tinggi Palu.
Selain peran perseroan, program Bimbel ini juga merupakan kolaborasi dengan organisasi Salvation Army atau Balai Keselamatan dalam merangkai program pendidikan. “Sejak awal, kami berniat untuk membantu Suku Bunggu dengan memberikan akses kepada pendidikan demi meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian warga. Selain fasilitas edukasi, PT Pasangkayu juga membantu untuk meyakinkan warga akan manfaat pendidikan dan program pemberdayaan lainnya.” Ujar Pendeta Kapten Vicky Malki.
Selain edukasi melalui fasilitas bimbel, PT Pasangkayu juga melakukan pemberdayaan melalui edukasi lingkungan, budidaya ikan lele dan tanaman hortikultura, serta pembinaan UMKM kripik pisang aneka rasa dan abon jamur. “Dulu kalau mau makan ikan, kami harus memancing ke laut atau membeli dari pedagang di luar desa. Sekarang kami sudah bisa makan ikan melalui ikan lele hasil budidaya sendiri” ungkap Neso selaku ketua adat Suku Bunggu. Hal ini tentunya berlaku untuk produk pangan lainnya seperti sayuran dan kacang-kacangan.
Meski pemberdayaan ekonomi saat ini telah meningkatkan kualitas hidup Suku Bunggu, namun pemberdayaan tanpa Pendidikan bagaikan menanam tanaman tanpa pupuk. Diharapkan kedepannya bimbel dan serangkaian program pemberdayaan pendidikan bagi Suku Bunggu dapat menciptakan generasi baru Suku Bunggu yang dapat memajukan perekonomian dan melahirkan sejumlah inovasi baru bagi masyarakat di sekitarnya.