Sebagai anggota dari Suku Anak Dalam, Pauzan sempat mengalami tantangan dalam mengenyam pendidikan. Selain keterbatasan fasilitas, persepsi di kalangan Suku Anak Dalam mengenai edukasi masih cenderung negatif. Oleh karena itu, perjalanan Pauzan dalam menempuh Pendidikan tidak bisa dibilang mulus. Ia bahkan mengaku sempat mengira dirinya hanya akan menjadi bagian dari pemuda pengangguran yang menjadi pemandangan umum di kalangan sukunya. “Saya sempat menganggur tiga tahun setelah tak menamatkan SMP di kelas terakhir,” ujar sang pemuda. Beruntunglah, sang Kakek, Temenggung Tarib, seorang tokoh SAD yang merupakan salah satu tetua adat berhasil membujuknya untuk kembali bersekolah.
Di tahun 2017, Pauzan akhirnya terpilih mendapatkan kesempatan beasiswa dari PT Sari Aditya Loka (SAL), salah satu anak perusahaan Astra Agro untuk bersekolah hingga ke tingkat universitas. Pauzan terpilih sebagai salah seorang dari puluhan anak muda SAD waktu itu. Berangkatlah Pauzan ke Kabupaten Merangin dan menuntaskan pelajaran SMP-nya selama delapan bulan kemudian. “Kami tinggal di mess PT SAL yang disediakan untuk kami. Selain itu kebutuhan pangan, pakaian serta uang sekolah semua ditanggung perusahaan, dan tiap bulan kami mendapatkan uang saku.” Ujar Fauzan. Begitu juga saat Pauzan beranjak ke jenjang kuliah, ia juga mendapatkan fasilitas tambahan seperti laptop untuk Pendidikan.
Hingga kini, Fauzan telah mengamalkan ilmu yang dipelajarinya melalui program KKN (Kuliah Kerja Nyata) dengan mengadakan konseling Teknik Bertani bagi warga desa Cinunuk di kabupaten Garut. Setelah menyelesaikan tugas akhirnya, Pauzan akhirnya lulus pada bulang Agustus 2024, sehingga menjadikannya sebagai SAD pertama yang menyandang gelar sarjana dibawah binaan tim CSR Astra Agro. Kelulusan Pauzan juga disusul oleh kedua murid SAD lainnya bernama Bejujug dan Besiar dari Universitas Jambi.
Fajar Santoso, selaku perwakilan tim CSR Astra Agro berharap jika Fauzan dapat menjadi role model bagi anak SAD lainnya agar semangat menempuh Pendidikan dan juga mengamalkan ilmu kepada komunitasnya. “Pendidikan merupakan hal yang baru bagi masyarakat SAD, sehingga kebanyakan dari mereka belum terlalu memahami pentingnya sekolah. Oleh karena itu kelulusan Pauzan, Bejujug dan Besiar diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi SAD yang baru.”
Sejalan dengan visi Fajar, Pauzan juga mengungkapkan hal yang sama mengenai perannya dalam mengkomunikasikan akan pentingnya pendidikan di tempat kelahirannya “Saya harus banyak-banyak menggungah semangat adik-adik di SAD untuk meneruskan sekolah. Saya harus bisa memberikan contoh serta menjadi role model bagi temen2 Suku Anak Dalam agar mindset mereka berubah, bahwa pendidikan itu penting.” ujar sang pemuda.