Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Peribahasa ini cocok untuk menggambarkan buah manis dari Desa Telaga Bhakti kecamatan Singkil Utara. Desa itu baru saja memanen hampir 200kg ikan lele hasil budidaya sistem bioflok.
Desa ini memiliki program unggulan yang diberi nama ketahanan pangan. Tujuannya untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup aman, bergizi, dan merata bagi masyarakat.
Lele kerap dinilai sebagai makanan rakyat. Ikan lele diyakini memiliki nutrisi yang tinggi dan bisa mencegah stunting.
Rahman Dwi Rizky adalah Sekretaris Desa Telaga Bhakti yang menjadi inisiator sekaligus pengelola budidaya lele ini. Sebelumnya, program ini meliputi budi daya tumbuhan holtikultura seperti penanaman sayur mayur, buah-buahan, bahkan budidaya hewani.
“Program dimulai sejak 2022 lalu, awalnya kami mulai dengan tanam sayur mayur, hasilnya juga memuaskan untuk dibagikan dan dijual kecil-kecilan ke masyarakat, tapi kalau sayur mayur harus sesuai musiman, jadi gonta ganti,” ungkap Rahman.
Pria 27 tahun ini mengatakan program ketahanan pangan yang ia jalani tidak lepas dari dukungan material dan non material dari perusahaan yang membina desanya, yaitu PT Perkebunan Lembah Bhakti (PLB), perusahaan perkebunan kelapa sawit yang selama ini membina Desanya.
Tak hanya itu, PT PLB yang merupakan anak usaha dari PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Ago) belum lama ini berhasil membawa Desa Telaga Bakti menjadi Desa ProKlim oleh Dinas Lingkungan Hidup Aceh Singkil, berkat binaannya.
“Tahun 2023 lalu, saya ngobrol ke tim CSR PT PLB yang setiap bulannya rutin koordinasi dengan desa, saya usulkan bagaimana kalau dananya kita alihkan buat kolam budidaya ikan saja,” jelas Rahman.
Rahman juga menjelaskan program ketahanan pangan ini selain disalurkan sebagai dukungan ketersediaan pangan, juga sebagai program pencegahan stunting bagi bayi dan balita di Desa. Karenanya, Rahman berpikir bagaimana mengelola bantuan perusahaan sehingga hasilnya dapat berkelanjutan.
Pria lulusan universitas dengan peminatan perikanan ini tentu memiliki ilmu dan kredibilitas dalam budidaya lele. Ia memilih lele karena lele merupakan salah satu ikan dengan modal sedikit, waktu panen cepat, namun hasil banyak dan sehat. Ia juga memilih sistem bioflok dalam budidayanya.
“Sistem bioflok ini airnya selalu bersih, karena sistem pembuangan kotoran lele mengendap di bawah pipa khusus. Tiap sebelum dikasih pakan, pipa yang terhubung keluar kolam itu dibuka, nanti nyembur keluar air bersama kotoran. Lalu, kolamnya terus ditambah air, jadi bersih tanpa nguras. Inilah yang disebut sistem bioflok,” jelasnya.
Tak hanya itu, air yang keluar dari pipa beserta kotoran lele dapat langsung dimanfaatkan menjadi pupuk organik, pipa pembuangan kotoran lele sengaja dibuat aliran khusus langsung ke tanaman budidaya holtikultura, sehingga tidak terbuang begitu saja, justru menyuburkan tanaman.
“Syukurnya PT PLB menyambut baik, kami diberikan dana untuk seluruh kebutuhan, mulai dari 3 kolam, bibit lelenya, pakan lele, hingga peralatan lainnya yang mendukung pengelolaan lele ini” ujarnya.
Pemberdayaan Masyarakat yang Berkelanjutan
Sejak mendapatkan bantuan dan terlaksana budidaya ini, Desa Telaga Bhakti telah memanen 2 kali ikan lele dengan jumlah yang cukup menakjubkan. Panen perdana pada Agustus lalu dengan total 85kg lele, dan yang terakhir adalah pada Oktober sebanyak 198 kg lele.
Hasil panen lele yang didapatkan langsung didistribusikan kepada masyarakat Desa beserta dengan bayi dan balita, melalui rangkaian posyandu yang dipimpin oleh kepala desa dan kader desa.
“Setiap kali pembagian hasil panen, kader desa sengaja agendakan bersamaan dengan kegiatan posyandu, jadi bisa sekalian cek kurva pertumbuhan anak lalu sebagai PMTnya kami berikan ikan lele tersebut” kata Nur Aini salah satu kader sekaligus dokter yang bertugas di Desa Telaga Bhakti.
Ia menambahkan orang tua sebenarnya tak harus membeli bahan pangan dengan harga selangit untuk mendapatkan manfaatnya. Lele pun bisa melengkapi kebutuhan gizi anak.
Senada dengan Nur Aini, Rahman memastikan program ketahanan pangan ini akan dimaksimalkan untuk terus berkelanjutan, baik dalam budidaya holtikultura maupun perikanan. Kedepannya, ia dan perangkat desa akan mencoba untuk mengembangkan budidaya jenis ikan lain, seperti ikan patin, nila, dan gurami.
Community Development Area Manager Aceh, Riduan Manik melalui Assistant CSR Catur Wibowo menyampaikan apresiasinya kepada Desa Telaga Bhakti. Berkat kreativitas dan konsistensi dalam mengembangkan Desa dan masyarakatnya lewat bantuan yang disalurkan oleh PT PLB.
Hal ini sejalan dengan komitmen Astra Agro pada anak usahanya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat yang memprioritaskan empat bidang yaitu ekonomi, kesehatan, lingkungan dan pendidikan. “Tujuannya agar masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dan tidak bergantung pada pihak lain,” tutup Catur.