Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya
Tekad dan harapan perempuan muda satu ini cukup sederhana. Tidak muluk-muluk. Seperti prinsip setiap anak manusia pada umumnya.
“Saya ingin maju, seperti orang-orang lain juga,” kata perempuan bernama Ariati ini beberapa hari lalu.
Ariati merupakan salah satu tenaga kerja administrasi yang bertugas di bagian keuangan PT Pasangkayu, perusahaan perkebunan kelapa sawit anak usaha Astra Agro Lestari.
Perempuan asli Suku Bunggu di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, ini mengaku sangat beruntung karena lolos ujian seleksi dan kini menjadi pekerja di PT Pasangkayu. Perusahaan ini beroperasi dekat dengan tempat tinggalnya di Dusun Bambane, Pasangkayu, Sulawesi Barat. Keberuntungan itu sangat ia syukuri. Apalagi, Ariati tidak menepis anggapan yang banyak beredar bahwa Suku Bunggu tergolong masyarakat tertinggal.
Sebagian warga masih banyak warganya memilih tinggal di hutan-hutan. Akses keluar masuk sangat terbatas dan secara sosial mereka sulit berinteraksi dengan masyarakat modern.
Tingkat pendidikan pun rendah. Tak sedikit yang belum memahami pentingnya pendidikan. Seandainyapun ingin sekolah, mereka terbentur dengan biaya dan ketiadaan infrastruktur yang dapat mendukung proses belajar mengajar.
Rati, begitu keturunan Suku Bunggu ini biasa dipanggil, sudah menyadari pentingnya pendidikan. Kedua orang tuanya juga tak keberatan mengalokasikan dana untuk sekolah.
Ia sempat mengenyam pendidikan. Bahkan sempat satu tahun di jenjang perguruan tinggi.
“Waktu itu saya kuliah di kampus bidang keagamaan,” katanya mengenang masa-masa tinggal di Palopo, Sulawesi Selatan, tempatnya mengejar gelar sarjana.
Namun sayang, cita-cita itu belum tercapai karena kuliahnya terputus ketika bapaknya sakit. Tak disangka, sang bapak meninggal dunia yang memaksa Rati balik ke kampung halaman.
Takdir itu pula yang mengantarkan Rati menjadi karyawan anak usaha Astra Agro.
Pada suatu kegiatan silaturahmi yang dilakukan pimpinan perusahaan ke komunitas masyarakat Suku Bunggu, Rati memberanikan diri. Ia menyampaikan keinginannya untuk menjadi tenaga kerja PT Pasangkayu.
Administratur PT Pasangkayu ketika itu mendengarkan dengan sungguh-sungguh keinginan Rati. Perempuan ini mengikuti prosedur formal dan sejumlah tes yang disyaratkan dalam penerimaan tenaga kerja di PT Pasangkayu.(*)