industri.kontan.co.id | Kamis, 27 Desember 2018
JAKARTA. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut ekspor CPO (Crude Palm Oil) diprediksi akan menurun hingga akhir tahun sebanyak 8,5%.
Namun hal ini dibantah oleh Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menurutnya ekspor CPO tahun 2018 diprediksi naik. “Kalau akhir tahun belum bisa di sampaikan, kalau Oktober lalu ekspor CPO untuk keseluruhan adalah 26 juta ton, akhir tahun ini diprediksi sampai dengan 30 juta ton,” kata Mukti kepada Kontan.co.id, Rabu (26/12).
Berdasarkan catatan Gapki pada tahun 2017 volume ekspor tercatat tumbuh 23,6% menjadi 31,05 juta ton atau dengan nilai US$ 22,97 miliar. Mukti juga menjelaskan bahwa sejak pemerintah memberlakukan peniadaan tariff impor, harga CPO perlahan naik.
“Harga sudah mulai sedikit naik, dibandingkan dengan beberapa bulan lalu. Sudah di US$ 510 per ton pekan lalu, untuk harga di bursa Amsterdam,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mukti menegaskan bahwa beberapa upaya yang perlu dilakukan Gapki untuk mendongkrak ekspor CPO adalah dengan melakukan lobi bilateral dengan negara-negara berpenduduk banyak, misalkan saja India yang memberikan perlakuan berbeda terhadap CPO Malaysia.
“Kan India ada perlakuan berbeda dengan CPO Malaysia mengenai tarif impor. Kita harapkan pemerintah segera melobi India, agar tahun depan ada keputusan dari India agar tarif impor CPO ke india bisa di turunkan. Kalau itu dilakukan, bisa meningkatkan ekspor kita,” ujarnya.
Selain lobi bilateral, Mukti juga berharap promosi secara gencar dilakukan kepada negara-negara potensial yang mengimpor CPO. “Yang kedua kita harapkan promosi ke negara-negara lain seperti Afrika, India, Pakistan dan Uni Eropa,” ujarnya.
Selanjutnya Mukti terus mendorong peran pemerintah dalam melakukan peremajaan sawit di perkebunan rakyat. Ini guna meningkatkan produktivitas dimasa yang akan datang dengan bibit unggul dan teknik yang baik.