Bisnis, JAKARTA Pelaku usaha minyak kelapa sawit optimistis penggunaan teknologi novel algae dapat memberi nilai ekonomis baru bagi limbah hasil pengolahan komoditas tersebut.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan dalam pengolahan sawit, volume CPO yang dihasilkan biasanya hanya mencapai 20%. Sebagai contoh, sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 4 ton per jam biasanya menghasilkan 9 ton CPO per jam. Namun, 60% dari hasil olahan tersebut atau 5,4 ton merupakan bi-liquid palm oil (BLPO).
Sayangnya, kendati megandung sejumlah nutrisi seperti karoten, antioksidan, serta zat organik lainnya, acapkali BLPO ini terbuang menjadi palm oil mill ef uent (POME) alias limbah sawit. Padahal, zat-zat yang terkandung dalam BLPO memungkinkannya menjadi medium pembiakan algae yang kemudian bisa menghasilkan Omega 3 dan tepung sebagai pakan ikan.
“Kalau semua kita punya mill diolah begitu [dengan novel algae], kita bisa menjadi produsen Omega 3 terbesar di dunia dan keuntungannya itu kalau diolah jauh lebih besar dari pada bikin sawit,” ujar Sahat, Jumat (24/5).
Teknologi yang diinisiasi Universitas Tsukuba, Jepang, tersebut akan mengolah BLPO untuk mendukung kembang biak ganggang. Setelah berkembang, ganggang tersebut akan dikonsentrasikan hingga menghasilkan DHA crude algae dan pakan ikan. DHA crude oil yang mengandung omega-3 dapat diolah menjadi produk suplemen dan campuran beras.
Menurut Sahat, dengan adanya keuntungan dari produksi Omega 3 dan pakan ikan dari hasil pengolahan BLPO, pabrik-pabrik bisa mendapatkan keuntungan besar yang bahkan lebih bila dibandingkan dengan pendapatan dari sawit.
Dengan demikian, pendapatan dari limbah bisa digunakan untuk mensubstitusi silang sehingga harga jual sawit Indonesia dengan lebih murah tetapi pada saat yang sama petani tetap mendapatkan harga yang baik.
Kondisi ini pun bisa mendorong sehingga sawit Indonesia bisa lebih kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seberti rapeseed dan soya oil.
Tahun ini, kata Sahat, ada 3 perusahaan yang akan memulai pemanfaatan teknolgi yang disebut Novel Algae ini yakni Bakrie Sumatra Plantation, Tunas Baru Lampung, dan Cargil.
Adapun investasi yang dibutuhkan untuk bisa menerapkan teknologi ini mencapai US$6,5US$7 juta per unit untuk satu pabrik kelapa sawit dengan kapasitas pengolahan 45 juta ton sawit per jam.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat bahwa saat ini Indonesia menghasilkan 455.000 ton POME. Adapun, pada 2030, produksi POME Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 130 juta ton. (Juli E.R.Manalu)
Source – Bisnis Indonesia