WE Online, Jakarta -Memasuki bulan Oktober 2019, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terus merangkak naik dan selanjutnya stabil.
Data CIF Rotterdam mencatat terjadi kenaikan harga ekspor CPO sebesar 6,2% dari US$522,5/MT menjadi US$555/MT. Uniknya sepanjang tahun 2019 ini, harga CPO yang cukup tinggi mengalami stagnansi di level US$555/MT selama seminggu berturut-turut.
Sentimen positif yang mengerek harga naik yakni naiknya harga CPO dalam negeri, peningkatan permintaan di pasar global, faktor cuaca kering, penurunan jumlah stok CPO, serta peningkatan penggunaan biodiesel.
Mengutip laporan Palm Oil Analytics (POA), harga jual rata-rata CPO Indonesia meningkat sebesar 2,21% menjadi Rp6.946/kg atau US$495,51/ton. Harga CPO FOB Indonesia juga meningkat sebesar 1,5% dari US$495/MT menjadi US$502,5/MT atau US$3,6 lebih mahal daripada harga yang ditawarkan. Kenaikan harga ini juga diikuti oleh kenaikan harga CPO di Malaysia.
Harga CPO rata-rata selama tiga minggu berturut-turut mengalami kenaikan sebesar RM37,6 menjadi RM2183/ton atau US$521/MT.
Mandatori penggunaan biodiesel B10 menjadi B20 di Malaysia merupakan kabar baik bagi kenaikan harga CPO domestik dan ekspor. Peningkatan permintaan CPO dari India dan Belanda terjadi setelah adanya penyamaan tarif masuk CPO Indonesia-Malaysia oleh India serta penandatanganan kontrak MoU Indonesia-Belanda mengenai Joint Production on Sustainable Palm Oil.
Harga ekspor CPO dan refined product dari Indonesia ke India lebih murah US$25-30 dibandingkan harga yang ditawarkan Malaysia. Harga ekspor rata-rata CPO Indonesia ialah US$488/ton sedangkan Malaysia mencapai US$515/ton. Pada Agustus 2019, ekspor CPO Indonesia ke Belanda meningkat 3 kali lipat daripada sebelumnya yaitu dari 44.082 ton menjadi 144.781 ton.
Dari sisi produksi, cuaca kering yang terjadi di wilayah Asia Tenggara pada Agustus-September 2019 diprediksi akan menyebabkan penurunan produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia dalam jangka pendek dan menengah sehingga ikut mempengaruhi stoknya.
Public Investment Bank memprediksi stok CPO Malaysia akan terus turun menjadi dua juta ton, sedangkan stok CPO Indonesia akan turun menjadi tiga juta ton pada pertengahan 2020 mendatang. Estimasi produksi CPO Indonesia memasuki pertengahan tahun 2020 hanya 45 juta ton, yang mana jumlah ini lebih rendah dibandingkan estimasi sebelumnya sebanyak 46,5 juta ton.
Penurunan ini juga terjadi sebagai dampak dari cuaca kering yang berkepanjangan di perkebunan kelapa sawit Indonesia dan Malaysia khususnya di Kalimantan Barat dan Serawak.
Kebijakan B30 dan B20 yang akan diterapkan Indonesia dan Malaysia pada 2020 mendatang juga menjadi sentimen positif untuk harga CPO.
Sekjen Gapki, Kanya Lakshmi Sidarta menyebutkan, “diversifikasi penggunaan sawit sebagai sumber energi di dalam negeri menjadi langkah tepat untuk mendorong penyerapan produksi sawit domestik di mana industri telah siap dalam memenuhi kebutuhan biodiesel baik B20 maupun B30”.
Bloomberg mencacat, konsumsi biodiesel Indonesia pada Agustus 2019 sebanyak 1.350 miliar liter yang mana meningkat sebesar 25,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Untuk konsumsi biodiesel global, POA melaporkan selama Januari-September 2019 terjadi kenaikan sebesar 120% atau mencapai 4.984 miliar liter, sedangkan produksinya mencapai 6.886 miliar liter atau naik 56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam laporan POA diprediksi harga ekspor CPO akan terus meningkat 1,2%-2% hingga awal tahun 2020 mendatang.
Source: https://www.wartaekonomi.co.id/read251740/harga-cpo-global-merangkak-naik-kok-bisa.html