JAKARTA, investor.id – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memperkirakan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1,2 triliun pada 2021 atau naik 9% dibandingkan anggaran tahun ini yang senilai Rp 1,1 triliun. Seluruh dana capex akan berasal dari hasil operasional perseroan.
Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Santosa mengatakan bahwa perseroan akan mengalokasikan dana sebesar Rp 700 miliar untuk tanaman muda dan replanting, sedangkan sebanyak Rp 250 miliar untuk keperluan pabrik serta pelabuhan. Perseroan juga akan menyerap sisa capex untuk infrastruktur dan fasilitas pendukung lain.
“Tahun depan, kami berharap produksi nasional crude palm oil (CPO) bisa lebih baik dari tahun ini yang menurun. Dari sisi demand, semoga tidak ada penurunan pada 2021 mengingat sampai sekarang banyak negara masih sibuk dengan pandemi,” jelas dia kepada Investor Daily, Minggu (20/12).
Santosa menegaskan, pelaku industri CPO harus siap mengantisipasi kondisi terburuk ke depan. Bila ekonomi di negara utama pengguna CPO seperti Tiongkok dan India masih mengalami pandemi Covid-19, tapi produksi akan naik, maka dampaknya harga CPO berpotensi turun. Di sisi lain, jika produksi tidak dinaikkan, maka efeknya ongkos produksi yang bertambah.
Dia menambahkan, kunci utama indutri kelapa sawit berada pada program biodiesel pemerintah dan biaya subsidinya saat ini sangat mahal, demi menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan di tingkat global. Pihaknya menyadari harus siap menghadapi segala kemungkinan pada 2021, termasuk prediksi lembaga pemeringkat Fitch Ratings.
Baru-baru ini, Fitch Ratings menyatakan bakal merevisi penilaian terhadap sektor CPO nasional. Sebenarnya Fitch sempat memperkirakan tarif baru pungutan ekspor sawit dapat mendukung pertumbuhan konsumi biodiesel Indonesia, yang bisa berdampak pada penguatan harga CPO. Namun, Fitch melihat terdapat sejumlah resiko mengingat rekam jejak Indonesia dalam menerapkan pungutan ekspor.
Fitch mencatat, pungutan ekspor CPO diberlakukan Pemerintah Indonesia pada 2015 dengan tujuan meningkatkan pendapatan dari ekspor CPO. Namun, dalam dua terakhir, pemerintah Indonesia mengkutak-katik struktur pungutan tersebut sebagai respon terhadap pergerakan harga CPO. Di sisi lain, struktur pajak ekspor tetap tidak berubah.
Pada Desember 2018, Pemerintah Indonesia mengizinkan eksportir tidak membayat pungutan CPO saat harga di bawah US$ 570 per ton, kemudian memberlakukan pungutan maksimum US$ 50 per ton jika harga membaik di atas US$ 619 per ton. Struktur tersebut diubah lagi pada Juni 2020 ketika pemerintah menaikkan pungutan menjadi US$ 55 per ton sambil menghapus ambang harga. “Perubahan ini mencerminkan beberapa risiko bahwa peraturan pungutan bisa diubah lebih lanjut,” tulis Fitch.
Dengan menggunakan harga spot patokan Malaysia, Fitch memprediksi harga CPO akan berada di US$ 560 per ton pada 2021. Ekspektasi ini dengan memasukkan potensi peningkatan produksi yang signifikan karena kondisi cuaca membaik dan risiko penggunaan biodiesel yang lebih rendah di Indonesia.
Sebagai informasi, Astra Agro mampu menghasilkan lonjakan laba bersih yang signifikan di tengah pandemi. Emiten berkode AALI ini membukukan laba bersih Rp 582,54 miliar hingga kuartal III-2020, meroket 424% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 111,18 miliar. Hal ini ditopang oleh pendapatan bersih sebesar Rp 13,32 triliun, naik 7,56% dibandingkan kuartal III-2019 sebesar Rp 12,38 triliun.
Selain didukung kenaikan pendapatan, pertumbuhan laba bersih perusahaan turut didorong oleh turunnya pengeluaran perseroan pada pos beban umum dan administrasi serta beban penjualan. Hingga kuartal III-2020, beban umum dan administrasi turun 3,27% menjadi Rp 511,62 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 528,95 miliar. Sedangkan beban penjualan perusahaan turun 8,42% menjadi Rp 307,64 miliar.
Adapun pencapaian pendapatan dan laba bersih tersebut setara dengan 66,2% dan 87,1% dari target PT Danareksa Sekuritas serta setara dengan 71,5% dan 71,5% dari konsensus para analis. Pertumbuhan yang signifikan tersebut mendorong Danareksa Sekuritas untuk merevisi naik target laba bersih Astra Agro tahun ini dari Rp 669 miliar menjadi Rp 901 miliar. Sedangkan proyeksi pendapatan dipertahankan sebesar Rp 20,12 triliun. (Farid Firdaus)
Sumber: Investor.id