Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan diyakini akan melanjutkan tren kinerja impresif pada tahun depan seiring dengan prospek harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan pemulihan ekonomi yang akan memperbaiki konsumsi.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Meilki Darmawan mengatakan bahwa reli harga CPO diprediksi berlanjut hingga kuartal I/2021 didorong defisit pasokan pada awal 2021.
Dia memperkirakan harga CPO tidak akan jatuh ke bawah level 2.600 ringgit per ton seiring dengan sentimen pasokan-permintaan yang cukup stabil pada 2021 setelah fenomena La Nina usai. Rata-rata harga CPO pada 2021 diprediksi di kisaran 2.950 per ton pada 2021, lebih tinggi daripada rata-rata harga 2020.
Adapun, pada perdagangan Senin (28/12/2020) hingga pukul 14.18 WIB harga CPO berjangka kontrak Maret 2021 di bursa Malaysia berada di posisi 3.527 ringgit per ton, terkoreksi 42 poin. Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 harga telah menguat hingga 38,14 persen.
Selain itu, pemulihan ekonomi China dan India akan mendorong konsumsi CPO global. Meilki mengestimasi China akan mengimpor 7,1 juta ton CPO, sedangkan India akan mengimpor sekitar 8,2 juta ton.
Kegiatan ekspor CPO ke dua negara itu diyakini naik, terutama dari Indonesia yang diperkirakan pertumbuhan ekspor tahun depan bisa naik 3 persen ke kisaran 14,9 juta ton.
“Oleh karena itu, pertumbuhan pendapatan emiten CPO pada 2021 diyakini masih tumbuh sekitar 8 hingga 22 persen secara year on year. Kami melihat outlook yang positif untuk sektor perkebunan, sehingga memberikan posisi Overweight untuk sektor ini pada 2021,” tulis Meilki dalam publikasi risetnya, Senin (28/12/2020).
Di antara seluruh saham di sektor perkebunan, Meilki menjadikan saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) sebagai top picks seiring dengan metrik operasional emiten Grup Astra itu lebih lengkap dibandingkan dengan rekan emiten sektor perkebunan lainnya.
Dia menjelaskan bahwa AALI memiliki areal tanam yang luas (areal inti terbesar kedua), hasil TBS yang baik, margin yang kokoh, dan rata-rata umur pohon masih tergolong umur produktif. Adapun, target price untuk AALI di posisi Rp14.000 dengan perkiraan pertumbuhan pendapatan tahun depan mencapai 21 persen yoy. (Finna U Ulfah)
Sumber: Bisnis.com