Tren peningkatan harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) membawa berkah untuk kinerja keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) hingga akhir tahun ini. Dampak positif kenaikan harga tersebut telah terlihat dalam realisasi kinerja keuangan pada kuartal I-2021.
Analis Sinarmas Sekuritas Andrianto Saputra mengungkapkan, Astra Agro bakal mampu mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan tahun ini. Pertumbuhan didukung oleh tren peningkatan harga jual CPO yang berdampak pada peningkatan penjualan.
Sedangkan produksi tandan buah segar (TBS) perseroan diproyeksi mulai pulih pada semester II tahun ini. Rendahnya produksi TBS membuat biaya produksi per ton perseroan meningkat pada kuartal I-2021. “Kami menilai marjin keuntungan perseroan bakal kembali meningkat sejalan dengan produksi yang diperkirakan pulih pada semester II tahun ini,” tulis Andrianto dalam risetnya.
Dia memperkirakan laba kotor Astra Agro mencapai Rp 4,3 triliun atau mencerminkan gross profit margin (GPM) sebesar 20,5%. Adapun marjin keuntungan bersih (net profit margin) diperkirakan mencapai 7,6% sepanjang tahun ini.
Pertumbuhan juga bakal ditopang oleh peningkatan volume penjualan CPO perseroan tahun ini menjadi 1,5 juta ton dibandingkan tahun lalu 1,49 juta ton. Rata-rata harga jual diproyeksikan naik dari Rp 8.546 per kilogram (kg) menjadi Rp 9.350 per kg.
Volume produksi TBS juga diperkirakan naik tipis menjadi 4,66 juta ton tahun ini dibandingkan tahun lalu sekitar 4,63 juta ton. Volume produksi CPO diproyeksikan naik dari 1,42 juta ton menjadi 1,47 juta ton.
Dengan asumsi tersebut, laba bersih Astra Agro diperkirakan meningkat menjadi Rp 1,59 triliun pada 2021 dibandingkan realisasi tahun 2020 senilai Rp 833 miliar. Pendapatan perseroan juga diharapkan meningkat dari Rp 18,8 triliun menjadi Rp 21,01 triliun.
Sebab itu, Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham AALI dengan target harga Rp 14.700. Target harga tersebut merefleksikan perkiraan US$ 10.800 EV/ ha. Saham AALI juga ditopang oleh prospek CPO yang lebih baik ke depan dan valuasi saham perseroan yang masih rendah pada kisaran US$ 8.300 EV/ha.
Sementara itu, analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny mengungkapkan, peningkatan harga jual CPO menjadi Rp 9.900 per kg menjadi faktor utama penguat kinerja keuangan Astra Agro.
Dia mempertahankan rekomendasi beli saham AALI dengan target harga direvisi naik dari Rp 17.000 menjadi Rp 17.500. Target harga itu mem-pertimbangkan bahwa realisasi kinerja perseroan masih sesuai ekspektasi, meskipun laba bersih turun pada kuartal I-2021.
Dividen
Astra Agro menetapkan dividen sebesar Rp 375 miliar untuk tahun buku 2020 atau setara Rp 195 per saham. Dividen tersebut sekitar 45% dari laba bersih tahun lalu.
Besaran dividen perseroan telah melewati persetujuan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 14 April 2021. Nilai dividen Rp 195 per saham itu telah memperhitungkan dividen interim sebesar Rp 42 per saham yang sebelumnya dibagikan pada 19 Oktober 2020.
Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santosa mengatakan, prospek bisnis CPO tahun ini diharapkan akan terdorong oleh penguatan harga akibat pemulihan ekonomi, baik secara domestik maupun global. Di sisi lain, penguatan harga sebenarnya tidak sepenuhnya bisa dinikmati oleh pelaku usaha.
“Penguatan harga yang terjadi sejak akhir tahun lalu juga diringi dengan pungutan biaya ekspor yang progresif. Tapi semoga ini menjadi kontribusi industri CPO kepada pemerintah,” jelas dia saat paparan publik secara virtual, baru-baru ini.
Santosa menegaskan, perseroan tetap menerapkan strategi pengendalian biaya karena pandemi masih berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut tercermin dari belanja modal (capital expenditure/ capex) perseroan yang mencapai Rp 1,2 triliun untuk 2021 atau tak jauh berbeda dari realisasi tahun lalu sekitar Rp 999 miliar.
Alokasi capex terbesar Astra Agro adalah untuk replanting dan perawatan tanaman yang belum menghasilkan.
Hal ini sesuai dengan fokus perseroan setiap tahun yang melakukan replanting sebesar 2,5% dari luas kebun yang ada. “Apalagi, kalau kami menggunakan bibit unggul yang baru, harapannya nanti produktivitas per hektarenya bisa lebih tinggi,” jelas dia. (Parluhutan Situmorang)
Sumber: Bisnis.com