Kelapa sawit terbukti berkontribusi penuh dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Pada tahun 2020, kelapa sawit mampu membantu sektor pertanian untuk tumbuh positif menyelamatkan perekonomian Indonesia dari defisit yang semakin besar.
Hasil penelitian Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr Jamhari yang dipaparkan dalam acara Palm O’Corner yang diselenggarakan oleh PASPI Monitor menemukan, kelapa sawit merupakan sektor unggul karena kemampuannya di atas rata-rata untuk menarik sektor hulunya (industri pupuk, industri alat dan mesin pertanian) dan mampu mendorong sektor hilirnya (industri pengolahan).
Selain itu, kelapa sawit juga mampu menghasilkan multiplier effect yang besar terhadap peningkatan output GDP, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan nilai tambah.
Mengutip laman Palm Oil Indonesia, peran sawit dalam perekonomian Indonesia juga ditunjukkan dengan penyerapan tenaga kerja yang semakin meningkat. Profil industri yang tergolong padat karya mampu menyerap 4,6 juta tenaga kerja langsung yang didalamnya terdapat 2,3 juta petani rakyat dan sekitar 12 juta tenaga kerja tidak langsung.
Selain itu, perkembangan hilirisasi sawit yang semakin dinamis juga mampu berkontribusi terhadap semakin besarnya devisa ekspor yang dihasilkan dan tercapainya ketahanan energi dengan melalui pengembangan biodiesel sawit.
Sementara itu, Dr Tungkot Sipayung memaparkan peran industri sawit yang tidak hanya berkontribusi pada perekonomian nasional, tetapi juga turut menggerakkan roda perekonomian global, khususnya negara-negara importir minyak sawit.
Sebagai juara dunia di antara Top 4 minyak nabati dunia yang berperan sebagai feeding and biofueling the world, kegiatan hilirisasi minyak sawit yang dilakukan oleh negara-negara importir tersebut juga mampu meningkatkan job creation sebanyak 2,7 juta orang dan income generating (GDP) mencapai US$38 miliar tahun 2020 yang terdistribusi di India, China, Uni Eropa, Pakistan dan Bangladesh, Afrika serta negara lainnya.
Lebih lanjut dijelaskan Dr Tungkot, minyak sawit juga terbukti pro-poor, di mana harga minyak sawit lebih murah dibandingkan harga minyak nabati lainnya, sehingga minyak sawit maupun produk berbasis sawit mudah dijangkau oleh masyarakat miskin dunia. Keunggulan harga minyak sawit yang demikian juga mampu berperan menjadi buffer untuk kenaikan harga berlebihan dari minyak nabati lainnya. (Ellisa Agri)
Sumber: Wartaekonomi.co.id