Permintaan produk minyak sawit masih tinggi meski di tengah pandemi Covid-19. Tren permintaan di pasar global masih tinggi dan tidak ada penurunan ekspor sawit yang signifikan.
“Memang sempat terjadi penurunan permintaan pada awal Maret 2020 ketika Covid-19 masuk pertama kali di Indonesia. Kemudian beberapa negara melakukan lockdown sehingga terjadi penurunan permintaan negara-negara utama tujuan ekspor kita seperti China, India, Pakistan, dan UniEropa,” ungkap Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi dalam Market Review IDX Channel kemarin.
Tofan melanjutkan, ketika protokol kesehatan mulai diterapkan sehingga kegiatan ekonomi sudah mulai bergerak kembali, permintaan ekspor produk minyak sawit kembali meningkat dan cenderung stabil hingga saat ini.
“Ketika sektor lain menghadapi pukulan yang sangat besar akibat pandemi, sektor minyak sawit masih bertahan. Bahkan sekarang harganya cenderung stabil pada posisi yang cukup tinggi. Saya boleh mengatakan bahwa ini harga yang cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama dalam kurun satu dekade terakhir,” paparnya.
Pada Juni 2021, nilai ekspor produk sawit sebesar USD2.118 miliar. Meski turun 30,1% dari Mei 2021, devisa dari ekspor sawit masih mencapai 11,4% dari total devisa ekspor, yang menunjukkan tetap pentingnya ekspor sawit bagi perolehan devisa negara.
Tofan menambahkan, sekitar 70% produk sawit Indonesia terserap ekspor. “Secara umum permintaannya masih sangat baik. Di tahun 2020 saja dari total 52 juta ton produksi minyak sawit, mungkin sekitar 30 juta ton terserap di luar negeri. Memang permintaan ekspor sangat tinggi baik untuk kebutuhan makanan maupun oleochemical,” tukasnya.
Ditempat terpisah, Direktur Penyaluran Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Edi Wibowo mengatakan, sebagai komoditas strategis, kelapa sawit berperan besar dalam kehidupan masyarakat lndonesia, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun ketahanan energi.
Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit atau CPO didunia. Produk kelapa sawit dan turunannya telah diekspor ke seluruh penjuru dunia dan merupakan komoditas penghasil devisa ekspor terbesar bagi Indonesia.
“Pada 2019, berdasarkan data BPS, nilai ekspornya diluar produk oleokimia dan biodiesel mencapai USD15.57 miliar atau dengan Rp220 triliun, melampaui nilai ekspor dari sektor migas maupun sektor nonmigas lainnya,” ujar Edi dalam BPDPKS Journalist Fellowship secara virtual kemarin.
Di masa pandemi Covid-19, sector sawit juga terbukti mampu bertahan dan tetap menyumbangkan devisa ekspor sekitar USD13 miliar sampai Agustus 2020 ditengah lesunya sektor-sektor penghasil devisa lainnya seperti migas, batu bara, dan pariwisata.
Perkebunan dan industri sawit juga membuka jutaan lapangan kerja di dalam negeri baik untuk petani sawit, pekerja pabrik, maupun tenaga kerja lainnya di sepanjang rantai produksi kelapa sawit dari kebun sampai menjadi produk akhir. “Tercatat kurang lebih 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 16 juta tenaga kerja tidak langsung yang diserap oleh sektor sawit,” paparnya.
Sawit bahkan telah berkontribusi pula menjadikan Indonesia sebagai produsen biodiesel, energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan fossil fuel. “Biodiesel sawit tersebut, melalui pencampuran dengan minyak solar dalam bentuk B-30, telah kita gunakan sebagai bahan bakar sehingga mengurangi ketergantungan negara kita atas impor minyak bumi sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan di sektor migas,” tambahnya.
Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, riset ekonomi hijau melalui kegiatan pengembangan bahan bakar hijau (green fuel) dengan B30 berhasil mendongkrak harga kelapa sawit hingga tingkat tertinggi.
Takkalah pentingnya, ia menyampaikan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada periode ini mencapai Rp 1.800-2000 per kilogram (kg). “Sebelumnya di tahun 2019 harganya hanya Rp 1.000. Dengan demikian, kebijakan menerapkan B30 ini bisa mendorong kekuatan kita di sektor energi,” kata Airlangga dalam diskusi virtual, Senin (23/8).
Sumber: Koran SINDO