JAKARTA – Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau FAO melaporkan, harga pangan global naik pada September 2021 dan mencapai titik tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Situasi itu berimbas ke dalam negeri, terutama pada komoditas kedelai dan jagung. Namun, di sisi lain Indonesia diuntungkan oleh kenaikan harga minyak sawit mentah atau CPO.
Indeks harga pangan FAO pada September 2021 mencapai 130 atau naik 32,8 persen secara tahunan. Angka itu tertinggi sejak September 2011 yang didorong kenaikan harga serealia, terutama gandum, beras, dan jagung serta minyak nabati, seperti CPO.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, sejak April 2020, harga pangan global di tingkat produsen naik 47,2 persen mencapai level tertinggi pada Mei 2021, lalu berlanjut Agustus dan September 2021.
Selain anomali cuaca di sejumlah negara prudusen kenaikan turut dipicu biaya logistik transported laut, kuncitara (lockdown), serta lonjakan permintaan untuk memenuhi kebutuhan selama pandemi dan stok selama krisis energi di sejumlah negara.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, Rabu (13/10/2021), mengatakan, pemerintah menugaskan Perum Bulog menggelontorkan 30.000 ton jagung kepada peternak. Pemerintah juga mengizinkan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak mengimpor gandum sebagai pengganti jagung.
Terkait harga kedelai, pemerintah dapat menugaskan Bulog untuk menstabilkan harga. Asosiasi Importir Kedelai Indonesia mencatat stok kedelai per September 2021 sebanyak 480.000 ton, cukup untuk kebutuhan sekitar dua bulan.
Di sisi lain, Indonesia diuntungkan oleh peningkatan permintaan CPO. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat nilai ekspor CPO pada Agustus 2021 sebesar 4,42 miliar dollar AS atau naik 1,6 miliar dollar AS dibandingkan Juli 2021. Sementara volumenya naik 1,53 juta ton menjadi 4,27 juta ton.
Menurut Direktor Eksekutif Gapki Mukti Sardono, ekspor CPO ke India melonjak dari 231.200 ton pada Juli 2021 menjadi 958.500 ton pada Agustus 2021. Selain imbas krisis energi, faktor lain yang menopang kenaikan adalah penurunan pajak impor di India, yakni dari 15 persen menjadi 10 persen yang berlaku pada 30 Juni-30 September 2021.
“Ekspor CPO ke China meningkat cukup sigiifikan. Volume ekspor CPO ke China pada Agustus 2021 sebanyak 819.200 ton, tumbuh 56,86 persen dibandingkan Juli yang 522.200 ton.” ujanya. (HEN)
Sumber: Kompas